Imbas Virus Korona, Sejumlah Perusahaan di China Terancam Bangkrut

Saugi Riyandi
Virus korona mengancam industri di China. (Foto: Reuters)

Dia masih perlu membayar sewa dan gaji lebih dari 20.000 karyawan. Pihak Cathay Pacific mengatakan, kondisi ini sama dengan krisis keuangan global pada 2009 lalu. Mereka pun telah meminta 27.000 karyawannya untuk mengambil cuti tiga minggu yang tidak dibayar (unpaid leave) untuk mengurangi beban operasional. Sementara, operator restoran cepat saji Yum China berharap menutup sementara 30 persen tokonya di China. Hal ini mengakibatkan penurunan laba dan penjualan pada tahun ini.

Pendiri Guangzhou iiMedia Research Zhang Yi mengaku tak terkejut dengan banyaknya perusahaan yang bangkrut akibat virus Korona. Menurut dia, perusahaan besar yang mungkin masih bisa bertahan hidup, sedangkan startup atau rintisan berada di ujung tanduk. 

"Perampingan, pindah ataupun Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan jika diperlukan. Hanya mereka yang melalui ini bisa melihat musim semi, dan memiliki masa depan,” ujar Pendiri CEC Capital  Wang Ran. 

Sementara itu, bank sentral China, People's Bank of China telah melakukan upaya penyelamatan dalam mendorong perekonomian negara. Pada 2 Februari, bank sentral ini menyalurkan likuiditas senilai 174 miliar dolar AS ke pasar untuk membantu meredam dampak virus Korona. Pemerintah daerah juga telah menyerukan pengurangan sewa dan pengaturan gaji yang lebih fleksibel dan pemerintah kota Shanghai menjanjikan pengembalian pajak dan asuransi kepada pengusaha yang tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Namun, para analis mengatakan kelangsungan hidup bisnis di China tergantung pengendalian virus Korona. Virus ini telah menyebar ke seluruh negeri, menginfeksi lebih dari 28.000 orang dan membunuh lebih dari 500 orang. Negara lain juga ikut terinfeksi virus Korona termasuk Jepang, Thailand, Jerman, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab. Bahkan, Italia, Singapura dan AS telah membatasi kunjungan warga China. Atas dampak ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan darurat kesehatan global. 

"Semakin lama ini berlangsung, semakin besar kerusakannya. Jika itu berlangsung selama satu bulan lagi, maka itu tidak tertahankan untuk bisnis apa pun,” kata Zhang Media Research.    

Editor : Ranto Rajagukguk
Artikel Terkait
Internasional
11 jam lalu

Rusia, China, dan Amerika Berlomba Pergi ke Bulan, Apa yang Dicari?

Internasional
21 jam lalu

Wow, Rusia Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bulan

Internasional
1 hari lalu

Trump Sebut Libur Natalnya Terganggu Konflik Ukraina

Internasional
2 hari lalu

China Temukan Harta Karun, Klaim Cadangan Emas Bawah Laut Terbesar di Asia

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal