Sementara itu, kebijakan PPh impor dinilai tidak memberikan efek yang besar karena meski menyasar 1.147 komoditas konsumsi, namun hanya berkontribusi sedikit pada penekanan impor. Pasalnya, pengendalian impor tidak hanya untuk barang konsumsi tapi juga bahan baku dan barang modal yang berkaitan dengan proyek infrastruktur.
"PPh 22 efeknya tidak besar cuma 5,5 persen dari total impor non migas," ucapnya.
Menurut dia, level CAD dapat menurun jika defisit neraca perdagangan migas dapat ditekan. Namun, harga minyak mentah internasional di 2019 diproyeksikan masih fluktuatif di kisaran 70-80 dolar AS per barel.
"Di sisi lain produksi minyak atau lifting terus menurun. Ketergantungan impor BBM ini bisa dikurangi dengan penerapan B20," kata dia.
Selain itu, dari sisi menggenjot ekspor dalam jangka pendek dapat dilakukan dengan memberikan banyak keringanan bagi eksportir. Insentif yang diberikan pemerintah dapat menggenjot eksportir untuk menambah ekspornya lebih banyak.
Kemudian, Indonesia jangan lagi bergantung pada pasar tradisional seperti China dan AS karena keduanya masih sibuk dengan perang dagang. Oleh karenanya, pemerintah dapat menyasar pasar alternatif seperti Afrika, Asia Tengah, dan Rusia.