JAKARTA, iNews.id - Pengembangan industri baterai kendaraan listrik diperkirakan akan memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia sebesar 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp400 triliun pada 2027. Proyeksi ini bisa terealisasi jika pemerintah mampu menggandeng perusahaan yang memiliki sumber daya berteknologi tinggi.
"Pengaruh industri ini luar biasa, diperkirakan pada 2027 nanti dampaknya terhadap PDB (Produk Domesrik Bruto) Indonesia bisa mencapai 25 miliar dolar AS atau mendekati Rp400 triliun dan mempekerjakan sekitar kurang lebih 23.000 karyawan," ujar Wakil Menteri BUMM I Pahala Mansury, Selasa (2/2/2021).
Dia menjelaskan, untuk mengejar target tersebut, Holding Indonesia Battery Corporation (IBC) terdiri atas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam, PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, serta PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND.ID akan menyusin usaha patungan (Joint Venture) dengan calon mitra potensial yang memiliki modal dan teknologi yang mumpuni.
"Antara Indonesia Battery dengan masing-masing potensial mitra, bisa dari China, Korea, AS, dan negara lain seperti Eropa misalnya, negara-negara ini, para pemain global bisa membawa uang, teknologi, pasar, sehingga apa yang diproduksi di masing-masing bagian, kita kerjasamakan," kata Pahala.
Pemerintah juga menargetkan akan ada 10 juta lebih kendaraan listrik roda dua yang diproduksi Holding Indonesia Battery Corporation (IBC) pada 2025.
IBC juga akan memproduksi 2 juta unit kendaraan roda empat atau mobil di tahun yang sama. Pahala menyebut, target produksi tersebut disesuaikan dengan potensi pasar di Tanah Air. Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia dalam bisnis otomotif.
"Pasar penjualan roda dua dan roda empat di Indonesia ini tentu termasuk salah satu yang terbesar di dunia saat ini. Indonesia memiliki potensi untuk bisa menjual motor sekitar 10 juta lebih di tahun 2025 nanti. Mobil mencapai kurang lebih 2 juta unit," ujarnya.
Indonesia harus membangun keuntungan rantai pasok yang kompetitif. Sebab, prospek pengembangan industri baterai sangat strategis. Sebab itu, Kementerian BUMM tatap memastikan Indonesia tak sekadar memiliki sumber daya, tapi juga mampu mempunyai pasar bagi industri baterai ke depan.