"Jadi dari terminologi saja sudah ada perbedaan di berbagai negara. Tetapi kami sudah dengan Menkominfo, Indonesia bisa menerima dengan beberapa catatan," kata dia.
Dari sisi Indonesia, pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu mengakui pemerintah membutuhkan data digital karena keterbatasan untuk memperolehnya. Big data saat ini menjadi sumber daya paling berharga di dunia dengan akses terbatas.
PM Abe menyampaikan kampanye "free flow with trust" dalam WEF di Davos, Swiss pada Januari 2019. Big data saat ini disebut-sebut menggantikan peran minyak mentah sebagai sumber daya paling bernilai.
Namun, negara adidaya seperti AS dan China, termasuk perusahaan-perusahaan raksasa teknologi menyimpannya rapat-rapat demi kepentingan negara masing-masing. Padahal, setiap negara membutuhkan data untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat, mulai dari aspek kesehatan hingga lalu lintas.