“Di sini back up inovasi dan teknologinya menjadi penting. Tentu sustainability economy development menjadi penting untuk mencapai target, seperti Perjanjian Paris, COP Glassgow, apalagi Indonesia akan menjadi presidensi pertemuan G20 di 2022 dan memimpin ASEAN pada 2023, dan persiapan untuk carbon trading," ujar Airlangga Hartarto.
Dia menjelaskan, untuk transformasi menuju energi baru dan terbarukan, salah satu yang perlu terus didorong adalah yang berbasis metan. Kemudian juga terkait dengan recycle dan renewable energi berbasis kepada sampah dan juga yang berbasis kepada solar panel, solar farm, baik yang di darat maupun floating solar dan roof solar ini beberapa yang perlu diakselerasi karena kita mempunyai target bauran daripada energi.
Dalam mendorong pengembangan riset dan inovasi, lanjutnya, pemerintah juga telah memberikan insentif pajak super tax deduction untuk lembaga penelitian serta dunia usaha pada riset dan pengembangan.
“Pemanfaatannya selama ini belum maksimal, sehingga tentu butuh sosialisasi yang lebih erat. Tools yang sebetulnya alat untuk mendorong kerjasama antara privat industri dan akademik itu sudah ada. Insentifnya sudah ada, tinggal ini dikapitalisasi dan dimanfaatkan. Diharapkan kita bisa memperdalam struktur perkonomian berbasis ilmu pengetahuan dan
teknolgi,” tutur Menko Airlangga.
Dia berharap pertumbuhan riset menuju ekonomi hijau, ekonomi berkelanjutan mengurangi polusi, menggunakan sumber daya yang lebih efisien dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepada bahan bakar hijau atau green fuel.