JAKARTA, iNews.id - Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang semakin membaik, berbagai risiko dan tantangan global terus meningkat dan memicu pelambatan pemulihan ekonomi global. Tantangan tersebut terkait dengan the Perfect Storm atau 5C, yakni Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, serta Cost of Living.
Berbagai lembaga internasional telah memproyeksikan pertumbuhan global terkoreksi cukup signifikan. Lembaga internasional seperti IMF dan World Bank memproyeksikan ekonomi global pada 2022 tumbuh masing-masing 3,6 persen dan 2,9 persen, turun dari proyeksi sebelumnya di awal tahun.
Dengan adanya berbagai risiko tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah siap memitigasi melalui berbagai kebijakan penanganan kesehatan, peningkatan daya beli masyarakat, dan menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional melalui berbagai insentif. Beberapa insentif yang telah dikeluarkan, yaitu insentif fiskal PPN DTP Perumahan, PPnBM DTP Kendaraan Bermotor Roda 4, perluasan Program BT-PKLWN, dan Subsidi Bunga KUR.
Airlangga mengungkapkan,perang antara Rusia dengan Ukraina juga berdampak pada perekonomian Indonesia, yakni pada sektor pangan dan energi. Untuk itu, pemerintah saat ini masih mengabsorpsi dampak kenaikan harga komoditas global melalui kebijakan fiskal, antara lain dengan meningkatkan jumlah subsidi untuk menjaga daya beli masyarakat. Kenaikan harga komoditas dalam neraca perdagangan dan ekspor diharapkan dapat menjadi soft absorber dengan tetap menjaga kesehatan APBN.
“Dalam jangka pendek, kebijakan perlindungan sosial perlu dipertebal untuk menjaga daya beli masyarakat miskin dan menengah ke bawah yang menjadi kelompok paling rentan dari dampak kenaikan harga,” kata Airlangga dalam acara Astagatra Webinar Series dengan tema 2022: The Year of Economic Rebound di Jakarta, Kamis (7/7/2022).