ROMA, iNews.id - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengelola kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sesuai prinsip Ekonomi Biru. Hal ini disampaikannya dalam sidang The Committee on Fisheries (COFI) ke-35 di Roma, Italia, Senin (5/9/2022).
Implementasi program-program Ekonomi Biru pada sektor kelautan dan perikanan Indonesia diyakininya akan berkontribusi besar pada pemenuhan pangan global, di mana Badan Pangan Dunia (FAO) telah memprediksi bahwa kebutuhan protein global akan meningkat hingga 70 persen pada 2050 mendatang.
"Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut yang berlimpah meyakini dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk memenuhi protein dunia. Indonesia terus bekerja untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat menyeimbangkan keperluan dan kesejahteraan masyarakat sembari mampu menyediakan lingkungan laut yang sehat," ujar Menteri Trenggono saat menyampaikan pidatonya dalam sidang COFI.
COFI atau Komite Perikanan didirikan oleh Konferensi FAO pada tahun 1965. Ini adalah satu-satunya forum antar-pemerintah global di mana Anggota FAO bertemu untuk meninjau dan mempertimbangkan masalah dan tantangan yang terkait dengan perikanan dan akuakultur.
Dia melanjutkan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan lima strategi Ekonomi Biru untuk memaksimalkan potensi sumber daya laut yang dimiliki. Dimulai dari program perluasan kawasan konservasi terbatas dengan target 30 persen dari seluruh perairan untuk menjaga serapan karbon dan memproduksi oksigen, juga sebagai zona spawning dan nursery ground.
Kemudian kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota untuk menjaga populasi perikanan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Lalu program pengembangan budidaya perikanan untuk mendorong nelayan-nelayan di zona penangkapan terukur agar dapat beralih pada kegiatan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.