Pemerintah pada awalnya menetapkan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 5,5 persen tahun ini. Karena pertumbuhan melambat tajam sepanjang tahun dan wabah Covid terus menyebar, para pejabat senior mengabaikan target tersebut. Beijing tidak pernah melewatkan target PDB-nya sebanyak itu. Pada 2020, selama gelombang pertama pandemi, tidak ada yang dihentikan.
Di samping tantangan saat ini, Kepala Ekonom di Greater China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Raymond Yeung mengatakan, risiko yang mendasari ekonomi, seperti demografi akan menjaga pertumbuhan di bawah 5 persen untuk beberapa tahun ke depan.
"Pandangan inti kami tetap bahwa ekonomi yang menua akan terus mendapatkan momentum selama tiga tahun ke depan. Potensi pertumbuhan akan terus melambat mengingat kurangnya peningkatan produktivitas. Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 4,2 persen pada 2023 dan 4 persen pada 2024," kata dia, deikutip dari Bloomberg, Senin (29/8/2022).
Sementara itu, iInflasi setahun penuh diperkirakan akan tetap tidak berubah pada 2,3 persen di 2022 dan 2023. Sedangkan pertumbuhan harga produsen untuk tahun depan kemungkinan akan moderat menjadi 1,4 persen dari 5,5 persen pada tahun ini. Investasi tetap diperkirakan meningkat sebesar 6,1 persen pada kuartal III, dibandingkan sebelumnya 6,9 persen dan perkiraan penjualan ritel untuk kuartal ini diturunkan menjadi 3,5 persen dari 4 persen.
Pertumbuhan ekspor kemungkinan akan tetap kuat, dengan para ekonom menaikkan perkiraan untuk kuartal III menjadi 9,5 persen dari 7,9 persen dan untuk setahun penuh dari 7,5 persen menjadi 8,7 persen. Sedangkan proyeksi impor dipangkas menjadi 4 persen untuk kuartal III dan IV tahun ini.