JAKARTA, iNews.id - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) kembali memberikan sinyal kenaikan suku bunga di bulan ini. Hal ini dilakukan lantaran kenaikan suku bunga sebelumnya belum mampu mengendalikan inflasi.
Sebelumnya, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen menjadi 1,75 persen pada Rabu (15/6/2022), demi menekan harga barang yang terus melonjak. Itu adalah kenaikan suku bunga acuan tertinggi yang dilakukan The Fed selama 30 tahun terakhir.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan jika inflasi pada bulan Juni di AS cenderung meningkat dibanding bulan sebelumnya, maka pasar keuangan di negara berkembang kembali bergejolak.
Menurut dia, hal itu akan menimbulkan risiko stagflasi yang semakin memperberat prospek pemulihan ekonomi secara global, dikarenakan inflasi tinggi tapi kesempatan kerja terbatas.
"Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah hingga Rp15.200-Rp15.500 per dollar karena pengalihan dana ke dollar AS sebagai aset yang aman terus berlanjut. Fed rate dikhawatirkan naik secara agresif dan timbulkan tekanan pada naiknya suku bunga di berbagai negara," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (11/7/2022).
Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi akan memberikan dampak berat bagi ekonomi Indonesia, salah satunya, membuat rupiah terus melemah.
Seperti diketahui, stagflasi adalah peristiwa ekonomi yang tidak biasa ketika stagnasi dan inflasi terjadi dalam satu waktu yang sama. Kondisi Stagflasi sangat kontradiktif, karena pertumbuhan ekonomi lambat bahkan cenderung mengarah ke tingkat pengangguran yang tinggi, namun harga terus mengalami kenaikan.