TEHERAN, iNews.id – Parlemen Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklirnya. Langkah ini berpotensi memicu krisis energi global, karena Selat Hormuz merupakan jalur laut vital bagi perdagangan minyak dan gas dunia.
Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia ke Samudera Hindia dan menjadi jalur strategis bagi pengangkutan sekitar 20 hingga 21 juta barel minyak per hari. Jumlah ini setara dengan 20–30 persen dari total perdagangan minyak global.
Menurut laporan The Guardian, penutupan Selat Hormuz akan memblokir distribusi minyak dari Timur Tengah ke pasar internasional dan berisiko menyebabkan lonjakan harga energi secara global.
Meski ancaman terus meningkat, data dari Joint Maritime Information Centre (JMIC) menunjukkan bahwa jumlah kapal yang melewati Selat Hormuz justru meningkat 5 persen dalam sepekan terakhir. JMIC, yang menghimpun informasi dari berbagai angkatan laut internasional, menyatakan selat tersebut masih terbuka, meskipun ada eskalasi ancaman terhadap lalu lintas laut.
Sementara itu, Lloyd’s List Intelligence melaporkan bahwa aktivitas pengisian kapal tanker di kawasan Teluk Persia tetap berlangsung. Namun, kapal-kapal pengangkut minyak di Iran disebut mulai menjaga jarak lebih jauh dari pelabuhan karena kekhawatiran keamanan.
Menurut Ausaf Sayeed, mantan Duta Besar India untuk Arab Saudi dan Yaman, Selat Hormuz juga merupakan jalur transit bagi 20 persen perdagangan gas alam cair (LNG) dunia. Gangguan di selat ini tak hanya memengaruhi pasokan minyak, tetapi juga distribusi energi lain seperti LNG dan bahan kimia industri.