Sedangkan Djo Arko yang berpenampilan nyentrik mengatakan, film 8 Warriors ini memiliki tingkat kesulitan tinggi yang harus disikapi dengan serius. Seperti menghadirkan kembali environment kota Surabaya pada masa lampau berikut suasana perang besarnya yang dilakoni oleh ribuan orang baik di darat, laut, maupun udara.
"Tantangan berat ini, perlu konsep matang yang dipastikan akan memadukan teknis real shot dengan teknologi visual
modern atau yang populer disebut dengan CGI (Computer Generated Imagery). Saya percaya pada team kami, akan mampu merealisasikan film mendekati suasana aslinya," kata Djo Arko.
"Begitulah selama ini yang menjadi persoalan kurang kompetitifnya film Indonesia di level nasional maupun Internasional, sebenarnya bukan terletak pada SDM, tapi pada keterbatasan kemampuan dan keberanian investor, serta minimnya penulis yang andal dalam membuat karya besar," kata Jaya Tamalaki.
Dia menyebut, film 8 Warriors, Cinta dan Tanah Air adalah film yang berbeda dan berani melawan arus. Film ini memilih tempat di rumah Lodji Besar kampung Peneleh Surabaya, kawasan kampung Sejarah di mana para tokoh Bangsa lahir di sana, seperti Soekarno, HOS Cokroaminoto, Roeslan Abdulgani, dan beberapa tokoh lainnya. Golden Picture (Jakarta – Indonesia), memulai tahap persiapan produksi film layar lebar bergenre drama action yang diberi judul 8 Warriors, Cinta dan Tanah Air.
Film ini berdasarkan kisah nyata perang besar 10 November 1945 yang diantarkan oleh delapan sahabat pejuang. Bisa dikatakan film ini adalah versi paling mewakili Arek-Arek suroboyo yang begitu gagah berani mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru saja diraih. Bangsa Asing menyebut perang tersebut adalah salah satu tragedi paling kelam yang pernah terjadi di dunia.