Para pejuang bagaikan gelombang besar tanpa henti yang terus melawan tentara sekutu di kota Surabaya, hingga menelan puluhan ribu korban jiwa dan tewasnya para petinggi sekutu. Keseriusan Golden Picture menghadirkan film kolosal kebangsaan yang berkualitas tampaknya benar-benar dipersiapkan dengan matang. Selain melakukan perekrutan team para sineas yang profesional, bahkan berani membuat studio alam untuk membangun berbagai set sudut Kota Surabaya dan beberapa gedung penting yang melekat pada peristiwanperang.
“Saat itu kota Surabaya sudah padat, ramai, dan unik. Karena itu semua prototype yang kami pilih harus dikloning dalam studio terbuka agar mirip aslinya. Untuk membangun lokasi ini, setidaknya kami membutuhkan lahan kurang lebih seluas 15 hektare. Keputusan itu harus kami buat, karena titik-titik lokasi yang asli sudah berubah total sehingga tidak memenuhi syarat lagi sebagai lokasi shooting," kata Anton Firmansyah selaku Produser.
Reyniel Fero selaku produser dalam film ini menambahkan, projek yang sedang direalisasikan ini bukan film biasa seperti
yang pernah dibuat sebelumnya di dalam negeri. Tentu secara otomatis membutuhkan biaya yang memadai sesuai konsep besarnya.
"Tetapi kita kesampingkan dulu soal besar kecilnya biaya, yang penting target skala perioritas kami adalah hasil dari film ini mampu bermanfaat besar, terutama bagi para generasi bangsa," kata Fero.
Setelah melakukan berbagai lawatan dan berdiskusi dengan beberapa tokoh nasional, sejarahwan, budayawan, akademisi, dan pihak terkait lainnya, film 8 Warriors Cinta dan Tanah Air mendapat respons positif dan antusiasme dari semua kalangan.