JAKARTA, iNews.id - Film Iman dan Imam karya santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur, berhasil meraih tiga penghargaan di Santri Film Festival (SANFFEST) 2025. Prestasi ini membuktikan kreativitas santri zaman now dapat bersaing.
Ketiga penghargaan yang diraih adalah Film Cerita Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, dan Penata Busana dan Tata Rias Terbaik.
Kategori lainnya tersebar ke berbagai pesantren. Anugerah Pengarah Artistik Terbaik jatuh ke film 'Zahra' dari MA Zainul Hasan 1 Genggong. Lalu, film 'Tujuh Hari Setelah Bapak Berpulang' dari Pondok Pesantren Bahrul Huda, Bangka, meraih dua penghargaan untuk Sinematografi Terbaik dan Pemeran Putra Terbaik.
Sementara itu, film 'Kesempatan' dari Pesantren Modern Khalifah, Jawa Barat, menyabet Anugerah Penyunting Gambar Terbaik.
Penghargaan Pemeran Putri Terbaik diberikan kepada film 'Iqob (Hukuman)' dari Darul Arqam Gombara, dan Anugerah Penata Suara Terbaik jatuh kepada film 'Raja(h) Terakhir' dari Pondok Pesantren Al Hidayah Karangploso, Jawa Timur. Capaian prestasi ini membuktikan kreativitas tidak mengenal batas institusi.
Di balik jubah dan kitab kuning, para santri dari berbagai penjuru Nusantara menghadirkan karya sinematik yang melampaui ekspektasi, mendobrak stigma lama yang selama ini melekat.
Neno Warisman, Ketua Komite SANFFEST 2025 yang akrab disapa Bunda Neno, mengungkapkan perjalanan menuju malam puncak bukanlah hal mudah. Selama kurang lebih dua bulan sejak ta'aruf pada 21 Oktober hingga malam penganugerahan, tim SANFFEST menjalani maraton siang malam, mendampingi santri di berbagai daerah, melakukan kurasi, penjurian, hingga menyiapkan standar baru dalam dunia penganugerahan film Indonesia.
"Ini benar-benar maraton, siang dan malam. Kami mendampingi santri di berbagai daerah, lalu berlanjut ke proses kurasi, penjurian, dan akhirnya penganugerahan," ujar Neno dalam keterangan resminya.