Sebagai bagian dari industri OTT dan perwakilan Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI), VISION+ turut menegaskan komitmennya dalam mendukung penguatan ekosistem digital Indonesia.
Wakil Sekretaris Jenderal AVISI sekaligus Direktur VISION+, Helmi Balfas, menyampaikan bahwa sinergi antar industri menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan digitalisasi.
"Era digital membuka banyak peluang sekaligus tantangan bagi industri media dan hiburan. Sebagai bagian dari AVISI, VISION+ berkomitmen untuk terus mendorong ekosistem OTT yang sehat, inklusif, dan inovatif. Melalui kolaborasi lintas sektor, kita dapat memastikan bahwa industri kreatif digital terus berkembang dengan regulasi yang mendukung pertumbuhan serta perlindungan terhadap konten legal," kata Helmi.
"Dengan infrastruktur yang kuat dan pengembangan talenta digital, kita dapat menciptakan industri yang lebih berdaya saing dan berkontribusi bagi ekonomi digital nasional," tambah Helmi Balfas.
Sesi kedua, yang dimoderatori oleh Maria Angelica selaku perwakilan ITF sekaligus VP of Public Aairs Bukalapak, membahas mengenai Kebijakan Digital dan Peluang Industri dalam Era AI. Sesi ini membahas pemanfaatan AI untuk meningkatkan produktivitas industri dan daya saing global.
Diskusi mencakup rekomendasi strategi pemerintah, inovasi AI di industri, tantangan implementasi, dampak sosial, serta masukan untuk mendukung inovasi dan pertumbuhan digital.
CTO DANA, Norman Sasono, berbicara mengenai urgensi investasi dalam infrastruktur digital yang memungkinkan inovasi berbasis AI berkembang pesat di Indonesia.
"Industri memiliki peran penting dalam mengadopsi dan mengembangkan kecerdasan buatan (AI) secara strategis di tengah perubahan teknologi yang berlangsung cepat. Penerapan AI sebaiknya tidak sekadar mengikuti tren, tetapi harus didasarkan pada kebutuhan yang jelas dan tujuan yang terukur," kata Norman.
Dia menambahkan, "Perusahaan perlu memahami tantangan spesifik yang ingin diselesaikan dan manfaat yang dapat diberikan AI, baik bagi bisnis maupun konsumen. AI harus diterapkan untuk menjawab permasalahan yang konkret dan memberikan dampak nyata. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan daya saing dalam ekosistem digital."
Sementara itu, COO Halodoc, Alfonsius Timboel, menggarisbawahi bagaimana teknologi digital dapat merevolusi sektor kesehatan.
"Teknologi digital di bidang kesehatan bukan lagi sekadar opsi, melainkan sebuah keharusan yang mendorong efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas layanan. Dengan perkembangan AI yang tak terbendung, kita kini melihat transformasi besar salah satunya otomatisasi proses administratif," ujar Alfonsius.
"Digitalisasi ini memperluas akses terhadap layanan kesehatan secara signifikan, memastikan masyarakat mendapatkan pelayanan yang berkualitas, inklusif, dan lebih cepat," tambah Alfonsius Timboel.
Sesi terakhir, membahas mengenai Talenta Digital. Sesi ini membahas strategi pengembangan talenta digital di Indonesia, termasuk peran public-private partnership dalam menutup skill gap. Diskusi mencakup tantangan industri dalam mencari talenta digital, dampak AI terhadap kebutuhan keterampilan, serta langkah konkret dari pemerintah dan perusahaan untuk memastikan tenaga kerja Indonesia tetap kompetitif di era digital.
Direktur Bukalapak, Victor Putra Lesmana, membahas pentingnya pengembangan talenta digital sebagai motor utama transformasi ekonomi berbasis teknologi.
"Membangun ekosistem talenta digital yang berdaya saing membutuhkan kolaborasi erat antara industri, pemerintah, dan akademisi. Keselarasan kebijakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, menjadi kunci untuk memastikan bahwa pengembangan talenta digital tidak hanya menjawab kebutuhan industri saat ini, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia secara berkelanjutan di masa depan,” ujar Victor Putra Lesmana.