Syair dalam tembang juga disebut mengandung curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Saking sakralnya, masyarakat setempat percaya bahwa Kanjeng Ratu Kidul dipercaya akan hadir dalam setiap Tari Bedhaya Ketawang yang dipertunjukkan.
Tari Bedhaya Ketawang biasanya akan ditampilkan oleh sembilan penari. Seluruh penari memiliki nama dan fungsi masing-masing yang akan dipaparkan berikut ini.
Penari pertama: Batak yang melambangkan pikiran dan jiwa.
Penari kedua: Endhel Ajeg yang melambangkan keinginan hati atau nafsu.
Penari ketiga: Endhel Weton yang melambangkan tungkai kanan.
Penari keempat: Apit Ngarep yangmelambangkan lengan kanan
Penari kelima: Apit Mburi yang melambangkan lengan kiri.
Penari keenam: Apit Meneg yang melambangkan tungkai kiri.
Penari ketujuh: Gulu yang melambangkan badan.
Penari kedelapan: Dhada yang melambangkan badan.
Penari kesembilan: Buncit yang melambangkan organ seksual.
Sembilan penari tersebut akan mengenakan busana yang disebut Dodot Ageng atau Basahan. Rambut penari akan dikenakan gelung bokor mengkurep yang merupakan gelungan berukuran besar.
Selain itu, terdapat beberapa aksesoris berupa centhung, garuda mungkur, sisir jeram saajar, cunduk mentul, dan tiba dhadha yang akan dikenakan oleh penari. Sebelum ditampilkan, perlu dipastikan bahwa penari Bedhaya Ketawang merupakan seorang gadis yang suci atau tidak sedang menstruasi.
Apabila salah satu atau beberapa sedang dalam masa haid, maka penari tersebut harus meminta izin kepada Kanjeng Ratu Kidul dengan menjalani caos dahar atau puasa. Selama dipertontonkan, tarian ini akan diiringi perangkat gamelan yang membawakan lima jenis gending, yaitu kethuk, kenong, kendhang, gong, dan kemanak.