JAKARTA, iNews.id – Kasus alergi pada anak dan orang dewasa sering ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Data World Allergy Organization 2011 menunjukkan terdapat sekitar 30-40 persen populasi di dunia mengalami alergi.
Pencegahan alergi sejak dini perlu menjadi perhatian orang tua karena dapat memengaruhi asupan nutrisi pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan hingga berdampak pada tumbuh kembang dan kualitas hidup anak di masa depan.
“Dampak alergi tidak boleh dianggap remeh karena tidak hanya berhenti pada gejala, tapi berpengaruh pada kualitas hidup anak dan akan menjadi beban orang tua dalam biaya penanganan. Dibutuhkan tindakan pencegahan mulai dari identifikasi faktor risiko, seperti riwayat keluarga, hingga pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik. Hal ini karena semua orang bisa mengalami alergi, namun dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.” ujar Profesor Zakiudin Munasir SpA(K) dalam Syneo Symposium di Jakarta.
Alergi muncul (elergen) selain karena polusi atau lingkungan mikrobiota yang buruk di saluran cerna, seseorang dapat terserang karena faktor keturunan. “Bahkan, jika kedua orang tua alergi, risiko anak alergi dapat meningkatkan hingga 80 persen. Anak tanpa riwayat alergi di keluarga sekalipun masih berisiko menderita alergi sebesar 5-15 persen,” kata Profesor Zakiudin.
Selain dampak kesehatan, tingginya beban biaya yang diakibatkan kondisi alergi semakin menekankan pentingnya tindak pencegahan. Secara umum, terdapat empat sumber beban biaya yang dialami pasien dan keluarga dalam kondisi alergi, yaitu biaya pengobatan, biaya tambahan terkait nutrisi pengganti, penghindaran alergen, biaya konsultasi, hingga biaya imunoterapi.