Menurut dr Caroline, ada beberapa alasan pasien hipertensi tidak minum obat, antara lain karena pasien hipertensi merasa sehat, lupa minum obat, mereka memilih obat tradisional dan selain itu takut efek samping obat.
"Oleh sebab itu, diperlukan beberapa strategi supaya pasien hipertensi menjadi patuh minum obat,” ujar dr. Devie.
Hal senada diungkapkan Ketua Pokja Hipertensi PERKI dr. Badai Bhatara Tiksnadi. Menurutnya, tekanan darah seseorang harus terkontrol dengan target sesuai dengan penyakit penyertanya.
“Pasien hipertensi sebaiknya tetap meminum obat hipertensi yang disarankan dokter untuk menjaga tekanan darah tidak naik. Harus dipastikan, diagnosis hipertensi dilakukan dengan teknik pengukuran yang benar dan akurat," katanya.
Selain obat-obatan, lanjut dr Badai Bhatara, pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologis, seperti menggunakan alat pengukur tekanan darah digital, pembatasan asupan garam, latihan fisik intensitas sedang yang teratur, dan dengan mencapai berat badan ideal.
"Pemantauan tekanan darah secara teratur di rumah merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi dan mengelola hipertensi untuk mencegah berbagai macam komplikasi kesehatan yang berbahaya, seperti penyakit jantung, stroke, dan kematian,” ujar dr. Badai.
Sementara itu, Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia mengatakan, dia ingin mengingatkan, monitoring tekanan darah harus diikuti dengan perubahan gaya hidup dan tindakan pengobatan untuk memastikan pengelolaan hipertensi dalam batas normal.
"Hal ini sejalan dengan misi Omron untuk menciptakan dunia yang bebas dari penyakit kardiovaskular (Going fo zero – melalui perawatan preventif) dengan membiasakan pemantauan tekanan darah secara teratur, mengontrol hipertensi secara aktif dan melakukan langkah-langkah menuju perubahan perilaku untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko sarangan jantung,” kata Tomoaki Watanabe.