Itulah mengapa sebutan "cha" untuk teh masih terus digunakan di Negeri Sakura. Contohnya, tradisi minum teh bangsa Jepang dikenal sebagai "Cha No Yu".
Bangsa Eropa memiliki peran mempopulerkan istilah "teh" yang kini dikenal di Indonesia. Prawoto mengemukakan, "cha" dalam dialek Fujian dilafalkan sebagai tey. Istilah ini berubah menjadi "tee" ketika bangsa Portugis datang ke sana, kemudian bangsa Inggris menyebutnya sebagai "tea", bangsa Belanda melafalkannya menjadi "thee" dan akhirnya disebut di Indonesia sebagai "teh".
Dari China, teh menyebar ke banyak tempat termasuk ke Indonesia yang kini memiliki 50 ragam teh.