Perjuangan Penyintas
Dewi, salah satu penyintas mengungkapkan awalnya dia tidak merasakan gejala apa pun. Baik itu mual, kembung, ataupun terganggu pencernaannya. Namun, berat badannya turun terus-menerus. Dewi mengaku sempat bingung dengan kondisinya. Saat diperiksa, ternyata Hb saya sudah 5.
"Setelah melalui beberapa proses pemeriksaan, ternyata ditemukan kanker pada bagian kolon. Kebetulan, saya menjalani pengobatan tanpa operasi. Karena proses pengobatan yang cukup berat, saya mengalami trauma hingga tidak ingin disentuh oleh dokter. Saya udah menjalani kemoterapi sebanyak 16 kali. Satu kali kemoterapi dapat memakan waktu 50 jam lebih," katanya.
Kejadian itu terjadi setahun yang lalu. Kini, Dewi mengaku sudah menerima kondisinya karena dukungan dari anak-anak dan keluarga. Sejauh ini, ia selalu konsul dan mengikuti anjuran dokter.
"Jadi, saya tidak pernah mengonsumsi obat-obat lain atau obat herbal," katanya.
Managing Director PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia George Stylianou mengatakan, kolaborasi dan kerja sama antara semua pemangku kepentingan sangatlah penting untuk meningkatkan kelangsungan hidup para pejuang kanker di Indonesia.
Penyintas kanker di Indonesia jumlahnya tidak sedikit, termasuk penyintas kanker kolorektal. Dukungan perlu diwujudkan dalam bentuk aktivitas edukasi yang paling dibutuhkan oleh para penyintas kanker tersebut.
"Kami memahami setiap orang memiliki kebutuhan fisik, psikologi, maupun sosial yang berbeda. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan YKI dalam program edukasi ini," kata George Stylianou.