JAKARTA, iNews.id - Depresi selalu diangggap sebagai aib atau hal yang memalukan. Bahkan, orang dengan gangguan depresi kerap terdiskriminasi, tidak bersosialisasi, hingga berhenti bekerja atau sekolah.
Tidak sedikit dari mereka yang depresi melakukan bunuh diri. Pada beberapa pasien, depresi dapat memunculkan pikiran bunuh diri hingga tindakan bunuh diri itu sendiri. World Health Organization (WHO) pada 2017 memperkirakan, setiap 40 detik terjadi kasus bunuh diri.
DR. Dr Margarita Maramis, SpKJ (K) selaku Ketua Divisi Mood Disorder Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan, depresi bisa terjadi karena hal apa pun, mulai dari rasa tidak percaya diri, bullying, suasana hati yang buruk dan lainnya.
"Jika depresi dibiarkan akan semakin parah. Dampaknya bisa terjadi Psikiotik. Atau, gelajanya sudah tidak realistis. Maka itu, sedini mungkin depresi bisa dideteksi dan disembuhkan dengan obat dan terapi," kata Dr Margarita, dalam acara Simposium Regional Lundbeck, di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
World Health Organization (WHO) pada 2017 menyatakan, gangguan depresi kini menduduki peringkat keempat sebagai penyakit di dunia. Sekitar 300 juta dari total populasi dunia menderita depresi.