Ruam popok adalah iritasi berupa ruam kemerahan mengilap yang muncul di area kulit bayi yang tertutup popok. Kondisi ini sering disebut sebagai dermatitis popok alias diaper rash.
Ruam popok bukan kondisi serius, tetapi jangan sampai Anda sepelekan, terutama sebagai perawatan bayi baru lahir. Pada kasus yang berat, ruam popok bisa memicu infeksi dari jamur maupun bakteri yang hidup di kulit bayi.
Penelitian dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang (Poltekkes Kemenkes Semarang) pada November 2019, menunjukkan setidaknya ada lebih dari 50 persen bayi yang menggunakan popok akan mengalami ruam popok.
Di Indonesia, menurut data IDAI, sekitar 7-35 persen bayi berusia 6-12 bulan mengalami ruam popok. Dengan jumlah penduduk Indonesia, itu artinya sebanyak 1,9 - 10 juta bayi terkena ruam popok.
Menurut dr Fatimah Pitaloca atau akrab dipanggil dr. Pita selaku Expert Lactacyd Baby mengatakan, ruam popok termasuk masalah kulit bayi ketika terjadi iritasi atau peradangan akibat penggunaan popok.
“Kulit bayi lebih gampang kering, pH kulit bayi lebih tinggi dari orang dewasa yaitu sekitar 6.8. Hal inilah yang membuat bakteri merugikan dapat tumbuh subur dan rentan terkena ruam popok,” ujar Pita dalam Instagram Live Makuku bersama Lactacyd dengan tema Perlindungan Terbaik dari Ruam Popok Bagi Si Kecil, belum lama ini.
Sementara, CEO Makuku, Jason Lee, mengatakan, ruam popok merupakan salah satu dari penyakit kulit yang paling umum dialami oleh bayi. Setidaknya, sekali selama penggunaan popok. Namun, kata dia, sepanjang 2022, para orang tua sudah aware untuk mencegah risiko ruam.
"Para ibu di Indonesia semakin menyadari pentingnya mencegah ruam popok dan menemukan solusi mengurangi risiko ruam popok," ujarnya dalam keterangan resmi.