"Vaksin polio tetes itu vaksin hidup. Setiap manusia memerlukannya. Setelah vaksin masuk ke dalam usus, vaksin merangsang sel-sel imun di dalam usus. Imun tersebut yang akan melawan virus polio yang mungkin masuk ke tubuh," kata Prof Sri Rezeki saat ditemui di acara perayaan Hari Anak Nasional 2024 di Kantor Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jakarta Pusat.
Nah, karena proses aktivasi vaksinnya di dalam usus, ada kemungkinan bagian dari vaksin yang tidak terserap tubuh, ikut terbuang keluar melalui feses. Tuduhan penyebab polio mungkin dari sana. Tak bisa dipungkiri, masih ada masyarakat di Indonesia yang buang air besar (BAB) tidak di jamban atau kakus. Mereka BAB di sungai atau tempat lain yang tidak higienis.
"Mungkin ada sebagian masyarakat yang masih BAB sembarang, fesesnya mengandung sebagian kecil virus polio, makanya bisa menyebar," katanya.
"Tapi, kalau si anak sudah divaksin polio, risiko tersebut bisa dicegah, karena tubuh sudah kebal dari virus polio," ujar Prof Sri Rezeki.
Artinya, penting sekali untuk setiap anak di Indonesia mendapatkan imunisasi polio, dalam waktu bersamaan dan serempak. Dengan begitu, penyebaran virus polio pada anak bisa dicegah. "Kalau si kecil diimunisasi polio, tubuhnya lebih sehat dan kebal virus polio," ujarnya.
Di kesempatan itu, Prof Sri Rezeki mengimbau pentingnya menjaga kebersihan dan higienitas lingkungan tempat tinggal. "Jika masih ada yang buang tinja sembarangan, risikonya meningkat. Makanya, penyebaran virus polio paling mudah itu di daerah yang higienitasnya gak bagus," katanya.