JAKARTA, iNews.id - Di era media sosial, generasi muda semakin terbiasa mengekspresikan diri melalui digital storytelling, visual, musik, dan performance. Fenomena ini terlihat dalam berbagai platform social media seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Di mana puisi, lagu, dan story-telling personal dikemas ulang dalam bentuk kreatif yang mudah dijangkau audiens dan diakses berbagai kelangan.
Tren inilah yang diangkat Creative Digital English (CDE) melalui program CultureVerse 2025, pada 20-21 Oktober 2025. Creative Digital English membuka festival dengan Word to Canvas Adaptation Competition, yang menantang siswa SMA mengubah puisi menjadi karya seni visual.
Kompetisi ini bukan sekadar lomba, tetapi refleksi nyata bagaimana generasi sekarang mengekspresikan kata-kata ke dalam bentuk visual dan bentuk-bentuk adaptasi yang lain. Melalui Canvas Talk, para peserta juga berbagi cerita di balik karya mereka, menghadirkan nuansa kreatif yang sejalan dengan tren kolaborasi antara seni tulis, seni visual, dan seni menyampaikan opini serta cerita secara verbal.
Puncak rangkaian acara hadir pada 21 Oktober lewat Talk Show Creative Expression dan performance dari rapper ternama Igor Saykoji; musisi sekaligus dosen Creative Digital English Aziz ‘Comi’ dari Payung Teduh; penulis sekaligus alumni Creative Digital English Sofi Meloni.
Dalam sesi diskusi, Saykoji mengungkapkan kunci sukses di industri kreatif sehingga bisa survive dan mampu terus berkarya. Menyatukan bahasa, sastra dan musik menjadi hal menarik. "Ada dua hal, yaitu Konsisten dan Adaptif," ujar Saykoji, dalam keterangan pers Selasa (21/10/2025)
Konsistensi menjadi hal penting karena dengan begitu bisa terus produktif menghasilkan karya-karya. Sementara, adaptif penting agar karya bisa tetap bertahan dalam situasi apapun.