JAKARTA, iNews.id - Banyak hadits tentang akhlak yang bisa dijadikan pedoman bagi Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak menjadi salah satu pembeda dengan makhluk lain. Karena itu, manusia yang tidak berakhlak derajatnya bisa lebih rendah daripada binatang.
Karena itu, momentum Bulan Rabiul Awal atau Bulan Maulid ini perlu dijadikan pijakan untuk terus meneladani akhlak Nabi SAW. Sebab, salah satu tujuan utama diutusnya Rasulullah SAW yakni untuk menyempurnakan akhlak masyarakat.
Masyarakat Arab jahiliah waktu itu seolah tidak mengenal akhlak. Mereka memperlakukan budak seenaknya dan merendahkan martabat perempuan.
Dalam Alquran disebutkan uswah atau teladan yang baik pada diri Rasulullah SAW untuk dicontoh semua umatnya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)
Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar, yang menganjurkan tiap Muslim agar meniru Rasulullah Saw dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya.
Secara bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yakni al akhlak jamak dari kata khuluq atau al khaliq yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasan atau adat, juga bisa bermakna keperwiraan dan kesatriaan.
Dilansir dari buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas 10 Kemenag, secara istilah akhlak artinya suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbanngan atau penelitian.
Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan hukum Islam disebut akhlak yang baik (mahmudah). Jika perbutan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak buruk (madzmumah).
Ulama mendefinisikan akhlak yaitu Al Akhlaqu hiya shifaatul insaanil adabiyyah. Artinya akhlah adalah sifat manusia yang terdidik. Berikut deretan hadits tentang akhlak yang bisa dijadikan pedoman bagi umat Islam untuk bermuamalah.
قَالَ أَبُو الْتِّيَّاحِ: عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا
Artinya: Abut Tayyah telah meriwayatkan dari Anas r.a. hadis berikut: Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik akhlaknya.
وَعَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"
Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka.
عَنْ نُوحِ بْنِ عَبَّادٍ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ مَرْفُوعًا: "إِنَّ الْعَبْدَ لَيَبْلُغُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ الْآخِرَةِ وَشَرَفَ الْمَنَازِلِ، وَإِنَّهُ لَضَعِيفُ الْعِبَادَةِ. وَإِنَّهُ لَيَبْلُغُ بِسُوءِ خُلُقِهِ دَرَك جَهَنَّمَ وَهُوَ عَابِدٌ"
Diriwayatkan dari Nuh ibnu Abbad, dari Sabit, dari Anas secara marfu': Sesungguhnya seorang hamba benar-benar dapat mencapai tingkatan yang tinggi di akhirat dan kedudukan yang mulia berkat akhlaknya yang baik, padahal sesungguhnya ia lemah dalam hal ibadah. Dan sesungguhnya dia benar-benar dijerumuskan ke dalam dasar Jahanam karena keburukan akhlaknya, walaupun dia adalah seorang ahli ibadah.