JAKARTA, iNews.id – Masyarakar etnis Arab yang ada di Indonesia sudah ada sejak abad ke-12. Gelombang pertama kedatangan ulama Ba’alawi dari marga Shihab. Lantas, apa saja marga Arab tertinggi hingga terendah yang ada di Indonesia?
Sejak kedatangannya ke Indonesia dari Hadramaut Yaman, masyarakat etnis Arab di Indonesia terus menunjukkan eksistensinya. Tidak hanya di bidang keagamaan, mereka juga berkecimpung di bidang politik, bahasa, dan budaya. Warga etnis Arab juga tidak sedikit yang ikut berjuang melawan penjajah dan menjadi pahlawan.
Dalam Jurnal Researchgate, Dita Kafabillah mahasiswa program pascasarjana UIN Sunan Kalijaga menjelaskan, masyarakat etnis Arab di Indonesia menyebar ke seluruh penjuru Nusantara. Mereka pun hidup berdampingan dengan pribumi.
Komunitas Arab imigran ini juga disebut dengan hadrami karena nenek moyang mereka nayoritas dari negeri Hadhramaut Yaman. Kedatangan mereka ke Indonesia terbagi dalam tiga tahap. gelombang pertama sejak abad ke-12 M yaitu dengan kedatangan ulama Ba'lawi atau ba'alawy dari marga shihab, gelombang kedua awal abad ke-18 dari marga Assegaf, Al Habsyi, al Haddad, Alaydrus, Al Attas, Al Jufri, Syihab, shahab, Jamalulail, Al Qadri, Basyaiban dan Bin yahya. Gelombang ketiga, di awal abad ke-19 mayoritas non habib atau disebut ghabili yang misi utamnya sosial ekonomi selain agama Golongan pertama dan kedua merupakan habaib dan sayyid yang misi utamanya lebih berkiprah dalam dakwah islam.
Muhandis Azzhuhri dalam jurnal IMLA berjudul relasi bahasa Arab dengan Tingkat Sosial Masyarakat di Kalangan masyarakat Keturunan Arab menjelaskan, masyarakat hadrami secara tradisional tebagi dalam sistem yang disebut stratifikasi sosial atau marga.
Golongan sayyid, habib, syarif dan wan merupakan penggolongan tingkatan sosial tertinggi berdasarkan profesi. Mereka mengaku keturunan rasulullah melalui cucu Nabi SAW yakni Husain, putra dari putri tercinta Rasulullah SAW Sayyidah Fatimah Az Zahra yang menikah dengan sayyidina ali bin Abi Thalib.
Salah satu tradisi khas yang dimiliki etnis Arab adalah pemakaian marga pada nama di belakang etnis Arab. Nama marga menjadi sangat sentral dan tradisi turun temurun sebagai identitas diri.
Dari sekian banyak marga keturunan Rasulullah SAW, ada beberapa marga yang familiar di Indonesia dilansir dari laman laman assirojiyah.
1. Assegaf
Marga Assegaf diturunkan oleh al-Quthub ar-Robbani, Faqihil Muqaddam at-Tsani, al-Imam Abdurrahman Assegaf, putra dari Imam Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunya bernama Syarifah Aisyah binti Abu Bakar al-Wara bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam.
Digelari Assegaf yang bermakna “atap”, karena kedudukan beliau di antara para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap dalam rumah, saking tinggi dan luhurnya derajat kewalian beliau. Beliau adalah Quthub yang menjadi pelindung umat, ulama dan para wali di zamannya.
Assegaf termasuk marga generasi awal, sehingga banyak marga lain yang merupakan keturunan dari Assegaf, di antaranya marga Alaydrus, al-Musyayyah, Bin-Syahab, al-Hadi, al-Masyhur, al-Wahath, al-Munawwar, az-Zahir, al-Baiti, al-Kuraisiyah, Bin-Syeikh Abu Bakar, Ba’agil, al-Quthban dan banyak lainnya
2. Al-Habsy
Marga al-Habsyi diturunkan oleh Imam Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin Ahmad asy-Syanbal bin Muhammad Assadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam.
Kakeknya adalah datuk marga asy-Syanbal. Sedangkan saudaranya, Imam Alwi bin Ali adalah datuk marga asy-Syathiri. Jadi al-Habsyi dan asy-Syathiri merupakan saudara, cucu-cucu dari asy-Syanbal.
Al-Habsyi adalah nisbah ke negeri Habasyah yang kini menjadi negara Ethopia. Selama 20 tahun Imam Abu Bakar al-Habsyi berdakwah dan mengislamkan banyak orang di sana, karena itu beliau kemudian digelari al-Habsyi, meskipun beliau lahir dan wafat di Tarim.
Namun perlu diketahui, bahwa terdapat juga marga al-Habsyi Non-Alawiyyin yang berasal dari Qabilah Ghomid di Bahah, Arab Saudi.