Namun sebelum mengajarkan kepada orang lain semestinya harus belajar terlebih dahulu. Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Alquran.
Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang pandai membaca Alquran, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Alquran dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, ia mendapat dua pahala.” (Muslim: No. 1329).
Ilmu Tajwid memiliki kedudukan yang sangat tinggi karena berkaitan langsung dengan kitab suci yang paling mulia. Dari segi praktik, perintis ilmu Tajwid adalah Rasulullah SAW dengan cara talaqqi dan musyafahah (melihat gerakan bibir) dari Jibril as.
Para sahabat langsung dari Rasulullah SAW lalu mengajarkannya kepada para tabi’in, para tabi’in mengajarkannya kepada generasi seterusnya sampai ke zaman sekarang.
Ulama’ yang menyusun ilmu Tajwid :
1. Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (penemu titik dan tanda baca)
2. Imam Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan al-Baghdadi (w. 325H) “Al-Mandzumah al-Khoqoniyyah”
(Ulama yang pertama kali membukukan ilmu Tajwid)
3. Imam Makky bin Abi Tholib al-Qoisy (w. 437H) dalam kitab beliau “Ar-Ri’ayah” dapat membacanya secara tartil dan benar.
Firman Allah Swt:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: Atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Surat Al Muzzamil: 4).