Kapan Sholat Hajat Dilaksanakan? Simak Perbedaan Pendapat Para Ulama

Komaruddin Bagja
Kapan sholat hajat dilaksanakan (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id- Kapan sholat hajat dilaksanakan? Ternyata ada dua pandangan ulama tentang permasalahan itu.

Shalat ini dilaksanakan ketika seseorang memiliki hajat (keperluan) kepada Allah, kepada sesama manusia, atau bahkan untuk memohon kesembuhan dari suatu penyakit, sebagaimana dijelaskan dalam hadis tersebut.

Ulama yang menganjurkan pelaksanaan shalat hajat merujuk pada hadis dari 'Utsman bin Hunaif sebagai berikut:

أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي. فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ. فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Seorang buta datang kepada Nabi lalu mengatakan, “Berdoalah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.” Orang itu pun mengatakan, “Do’akanlah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdoa dengan doa ini, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah no. 1385 dan Tirmidzi no. 3578. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kapan sholat hajat dilaksanakan


Beberapa ulama yang meniadakan pelaksanaan shalat hajat mengacu pada hadis berikut yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abi Aufa, yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua raka’at. Lalu hendaklah ia memuji Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengucapkan (do’a), ‘Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang’.” (HR. Tirmidzi no. 479 dan Ibnu Majah no. 1384. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if jiddan)

Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,

ثُمَّ يَسْأَلُ اللَّهَ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ مَا شَاءَ فَإِنَّهُ يُقَدَّرُ

“Kemudian ia meminta pada Allah urusan dunia dan akhiratnya, maka ia akan ditetapkan.”


At-Tirmidzi menyampaikan hadits tersebut dalam Bab "Tentang Shalat Hajat" dalam kitabnya. Dari hadits tersebut, para ulama tetap mempertahankan anjuran untuk melaksanakan shalat sunnah hajat. Bahkan, dalam Ensiklopedia Fikih atau Al-Mawsu'ah Al-Fiqhiyyah 27: 211, disebutkan bahwa "para ulama sepakat bahwa shalat sunnah hajat adalah shalat yang disunnahkan."

Shalat hajat tersebut terdiri dari dua raka'at, sesuai dengan pendapat ulama Malikiyah, Hambali, dan pendapat yang masyhur dalam mazhab Syafi'iyah. Waktu pelaksanaan shalat hajat tidak memiliki waktu khusus, dan pelaksanaannya sama seperti shalat sunnah lainnya tanpa adanya tata cara khusus.

Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait
Muslim
2 bulan lalu

Niat Sholat Hajat Rebo Wekasan Lengkao Tata Caranya, Teks Arab dan Latin

Muslim
1 tahun lalu

Urutan Sholat Taubat, Tahajud dan Hajat, Disertai Tata Cara dan Doanya

Muslim
1 tahun lalu

Urutan Sholat Taubat, Tahajud, Hajat dan Istikharah Lengkap Bacaan Niat serta Doa

Muslim
2 tahun lalu

Tata Cara Sholat Hajat dan Bacaannya, Muslim Perlu Paham!

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal