Dikutip oleh Harb al-Karmani dalam kitabnya al-Masail. Kedua, dimakruhkan untuk berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya'ban untuk shalat, mendengar cerita-cerita dan berdoa. Namun tidak dimakruhkan jika seseorang salat (sunah mutlak) sendirian di malam tersebut. Ini adalah pendapat al-Auza'i, imam ulama Syam, ahli fikih yang alim. Inilah yang paling tepat, InsyaAllah. (Syaikh al-Qasthalani dalam Mawahib al-Ladunniyah II/259 yang mengutip dari Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma'arif 151)
Malam Nisfu Syaban memiliki banyak keutamaan. Karena itu, Muslim dianjurkan mengerjakan amalan saleh dan banyak berdoa kepada Allah.
"Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, ia bertanya kepada Rasulullah : "Wahai Rasulullah , saya tidak menjumpai Engkau berpuasa di bulan-bulan yang lain sebagaimana Engkau berpuasa di bulan Sya'ban. Rasulullah menjawab: "Sya'ban adalah bulan yang dilupakan oleh orang-orang antara bulan Rajab dan Ramadlan. Bulan Sya'ban adalah bulan laporan amal kepada Allah. Maka saya senang amal saya dilaporkan sementara saya dalam kondisi berpuasa" (HR Nasai No 2356, Ahmad No 21753 dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah. Baca Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari karya al-Hafidz Ibnu Hajar, VI/238. Ibnu Hajar juga menilainya sahih)
Sya’ban bukan sekedar laporan amal tiap tahunan, namun juga catatan ajal: “Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah berpuasa bulan Sya’ban, secara keseluruhan. Saya bertanya: Apakah bulan yang paling Engkau cintai untuk berpuasa adalah Sya’ban? Nabi menjawab: Sesungguhnya Allah lmencatat kematian tiap seseorang di tahun tersebut (saat bulan Sya’ban). Dan aku senang saat ajal menjemputku, aku dalam keadaan berpuasa” (HR Abu Ya’la, di dalamnya ada Muslim bin Khalid Az-Zanji, ia dinilai dlaif dan ada yang menilainya sebagai perawi terpercaya1. Al-Bushiri menilai hasan)