JAKARTA, iNews.id - Peristiwa bersejarah di bulan safar dalam islam. Terdapat sejumlah persitiwa bersejarah di bulan Safar yang terdokumentasi sepanjang sejarah peradaban Islam.
Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah, setelah Muharram. Bulan ini memiliki banyak peristiwa bersejarah penting, termasuk hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.
Bulan Safar juga sering dikaitkan dengan mitos kesialan atau marabahaya. Asumsi ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan hingga pada masa Rasulullah SAW. Namun, Rasulullah SAW membantah mitos tersebut dan bahkan menyelenggarakan acara penting, seperti menggelar acara pernikahan di bulan Safar. Mengutip laman mui.or.id, berikut ini peristiwa bersejarah di bulan Safar, Sabtu (26/8/2023).
Dalam istilah sejarah Islam, terdapat dua jenis pertempuran, yaitu Ghazwah yang merupakan pertempuran yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW, dan Sariyah yang merupakan pertempuran yang dipimpin oleh para sahabat.
Pada tahun pertama Hijriah, pada Bulan Safar, Nabi Muhammad SAW ikut terlibat dalam perang Abwa. Beliau sendiri terlibat langsung dalam medan perang yang juga dikenal sebagai perang Buwath.
Mengutip buku Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, setelah kembali dari Hudaibiyah pada bulan Dzulhijjah, Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah selama beberapa hari di bulan Muharram.
Kemudian, dari sisa hari Muharram hingga Bulan Safar, Nabi pergi ke Khaibar. Dengan pasukan sekitar 1.400 orang dan 200 pasukan berkuda, Nabi Muhammad SAW berhasil menaklukkan Khaibar yang mencakup benteng-benteng terkenal seperti Qumush, Syiq, Naim, dan Nithah. Perang ini terjadi pada tahun ketujuh Hijriah di Bulan Safar.
Qutbah bin Amir adalah seorang dari Kaum Ansar. Pada Bulan Safar tahun 9 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mengutus Qutbah bin Amir ke daerah yang dihuni oleh Suku Khas’am, dekat dengan wilayah Bisah di dekat Turabah. Qutbah berangkat dengan 20 tentara dan diperintahkan untuk menyerang Suku Khas’am.
Menurut keterangan Ibnu Ishaq, setelah kembali dari perang Sawiq, Nabi Muhammad SAW tinggal sementara di Madinah pada bulan Dzulhijjah dan Muharram bersama para sahabat.
Kemudian, beliau bersama 450 sahabatnya pergi ke wilayah Najid untuk memerangi Kabilah Ghathafan. Pertempuran ini dikenal sebagai perang Dzu’Amr. Nabi Muhammad SAW tinggal di wilayah Najid selama sebulan penuh di bulan Safar.
Dikutip dari Sirah Nabawiyyah karya Abul Hasan Ali Al-Hasani An Nadwi, pada tahun kesembilan Hijriah, setelah penaklukan Makkah dan pulangnya Rasulullah dari perang Tabuk, terjadi momen bersejarah di mana Rasulullah SAW mengirim surat kepada raja-raja dan pemimpin-pemimpin di Semenanjung Arab untuk mengajak mereka masuk dalam naungan Islam.
Setelah itu, banyak suku Arab yang mengirimkan utusan kepada Rasulullah dan menyatakan penerimaan Islam, termasuk Bani Udzra. Di Bulan Safar, utusan sejumlah 12 orang dari Bani Udzra datang menghadap Rasulullah SAW.
Rasulullah menyambut mereka dengan berita gembira mengenai kemenangan di Syam. Rasulullah juga memberi peringatan kepada Bani Udzra untuk tidak mencari bantuan dari dukun serta melarang praktik penyembelihan hewan yang bukan untuk kepentingan qurban.