Dalam sejarah disebutkan, ketika kaum Yahudi mengetahui bahwa Nabi SAW juga sama-sama beribadah menghadap ke Bait al-Maqdis, mereka menyambut kedatangan Nabi Saw dengan baik. Mereka mengira bahwa agama yang dibawa Nabi Saw mengikuti cara ibadah dan kiblat mereka. Berdasar anggapan ini, mereka mengajak Nabi Saw untuk bergabung bersama mereka.
Berangkat dari kejadian ini, Nabi SAW sangat berharap agar kiblat kaum muslim diubah ke arah Kakbah, masjid pertama yang dibangun di muka bumi untuk menauhidkan Allah. Berulang-ulang Nabi SAW berdoa berharap ada wahyu yang turun mengenai kiblat.
Ibnu Abbas menceritakan bahwa Nabi SAW apabila telah salam dari sholatnya yang menghadap ke arah Baitul Maqdis selalu menengadahkan kepalanya ke langit.
Akhirnya harapan ini dikabulkan Allah melalui firman-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 144;
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي الَّسمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ المَسْجِدِ اْلحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ (البقرة: 144)
Artinya;”sungguh kami melihat wajahmu menengadah ke langit. Maka kami sungguh akan memalingkan wajahmu ke arah kiblat yang kamu sukai. Maka palingkan wajahmu ke arah Masjid al-Haram dan di mana pun kamu berada. (QS. Al Baqarah: 144)
Dikabulkannya harapan itu membuat hati Nabi SAW gembira karena harapan yang selama ini telah dinantikannya terkabulkan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat senang bila sholat menghadap Baitullah atau Kakbah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْمَسْجِدِ، وَالْمَسْجِدُ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْحَرَمِ، وَالْحَرَمُ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْأَرْضِ فِي مَشَارِقِهَا وَمَغَارِبِهَا مِنْ أُمَّتِي "
Baitullah adalah kiblat bagi ahli masjid, dan masjid adalah kiblat bagi penduduk kota suci, sedangkan kota suci merupakan kiblat bagi penduduk bumi yang ada di timur dan barat dari kalangan umatku.