Untuk mengatasi hal itu, Gus Yahya menawarkan strategi dan model perdamaian dunia sebagaimana yang selama ini telah dipraktikkan oleh kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam kesempatan itu, juru bicara era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menjelaskan, sebelum mewujudkan kedamaian global, harus diidentifikasi lebih dahulu nilai-nilai apa yang selama ini telah menjadi kesepakatan bersama.
“Saya bisa sebut nilai-nilai kejujuran, kasih-sayang dan keadilan, adalah nilai-nilai yang pasti kita sepakati secara universal,” ujar Gus Yahya.
Selanjutnya, kata Gus Yahya, dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang perlu disepakati agar semua pihak yang berbeda-beda dapat hidup berdampingan secara damai. Bahkan bila diperlukan, nilai-nilai tradisional yang menghambat koeksistensi damai pun layak untuk diubah.
Untuk memperjelas atas solusi yang dia tawarkan tersebut, Katib Aam PBNU mencontohkan strategi NU yang menyatakan bahwa kategori kafir tidak memiliki relevansi hukum dalam konteks negara bangsa modern. Hal ini sangat beralasan sebab setiap warga negara sejatinya harus setara di depan hukum. Sikap NU tersebut merupakan hasil Munas Alim Ulama di Kota Banjar pada 2019 lalu.