Sejarah Rebo Wekasan Menurut Islam, Ini Hukum Meyakini Malapetaka di Akhir Bulan Safar

Kastolani Marzuki
Ilustrasi sejarah Rebo Wekasan menurut Islam dan Jawa di akhir Bulan Safar. (Foto: Freepik)

Pada waktu itu masyarakat Wonokromo meyakini bahwa Mbah Kyai mampu mengobati penyakit dan metode yang digunakan atau dipraktekkan Mbah Kyai dalam pengobatan adalah dengan cara disuwuk, yakni dibacakan ayat-ayat AI-Quran pada segelas air yang kemudian diminumkan kepada pasiennya sehingga pasien tersebut dapat sembuh. 

Berkat ketenaran Mbah Kyai Faqih, maka lama kelamaan sampai terdengar oleh Sri Sultan HB I. Untuk membuktikan berita tersebut kemudian mengutus empat orang prajuritnya supaya membawa Mbah Kyai Faqih menghadap ke kraton dan memperagakan ilmunya itu. Temyata ilmu Mbah Kyai itu mendapat sanjungan dari Sri Sultan HB I karena memang setelah masyarakat yang sakit itu diobati dan sembuh.

Sepeninggal Mbah Kyai, lalu masyarakat meyakini bahwa mandi di pertempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan berkah ketenteraman, sehingga setiap hari Rebo Wekasan masyarakat berbondong-bondong untuk mencari berkah. 

Versi kedua, sejarah Rebo Wekasan tidak lepas dari Kraton Mataram dengan Sultan Agung yang dulu pernah berkraton di Pleret. 

Upacara adat ini diselenggarakan sejak tahun 1600. Pada masa pemerintahan Mataram terjangkit wabah penyakit atau pagebluk. Kemudian diadakan ritual untuk menolak bala wabah penyakit ini dan Rebo Wekasan ini diadakan sebagai wujud doa. 

Versi ketiga, Kyai Muhammad Faqih dari Desa Wonokromo yang juga disebut Kyai Welit, karena pekerjaannya adalah membuat welit atau atap dari rapak (daun tebu). 

Mereka ini mendatangi Kyai Welit supaya membuatkan tolak bala yang berbentuk wifik atau rajah yang bertuliskan Arab. Rajah ini kemudian dimasukkan ke dalam bak yang sudah diisi air lalu dipakai untuk mandi dengan harapan supaya yang bersangkutan selamat. Adat tersebut kemudian dinamai malam Rebo Pungkasan.

Hukum Meyakini Malapetaka di Rebo Wekasan

Hukum meyakini datangnya malapetaka di Rebo Wekasan atau akhir Bulan Shafar, sudah dijelaskan oleh hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.

“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait
Muslim
3 bulan lalu

Niat Sholat Hajat Rebo Wekasan Lengkao Tata Caranya, Teks Arab dan Latin

Muslim
3 bulan lalu

Bacaan Doa Rebo Wekasan 2025, Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Muslim
3 bulan lalu

7 Amalan Rebo Wekasan bagi Umat Islam, Diamalkan Malam Ini agar Terhindar Bahaya

Muslim
3 bulan lalu

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar 2025 Singkat Penuh Hikmah tentang Rebo Wekasan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal