Berikutnya ada aktris Christine Hakim yang memerankan pahlawan perempuan, Cut Nyak Dhien dalam film ‘Tjoet Nja' Dhien’. Film garapan Eros Djarot ini tayang tahun 1988 dan berhasil memboyong penghargaan di Festival Film Indonesia 1988. Bahkan, film tersebut sempat diajukan Indonesia kepada Academy Awards ke-62 tahun 1990 untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik.
Film Tjoet Nja' Dhien juga menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes tahun 1989. Belum lama ini, film Tjoet Nja' Dhien juga direstorasi dan tayang kembali di bioskop Indonesia.
Kemudian juga ada Dian Sastrowardoyo yang memerankan tokoh Kartini dalam film berjudul Kartini yang dirilis pada tahun 2017. Film ini menceritakan kisah Kartini yang tumbuh melihat ibunya menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri. Berangkat dari kenyataan itu, Kartini pun berjuang untuk menyetarakan hak bagi kaum perempuan terutama dalam hal pendidikan.
Di film ini, Dian Sastro beradu peran dengan Acha Septriasa dan Ayushita sebagai dua saudarinya yakni Rukmini dan Kardinah. Ketiganya sama-sama berjuang membangun sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi semua masyarakat Jepara.
4. Rania Putrisari
Selanjutnya ada Rania Putrisari yang juga memerankan tokoh Kartini dalam film Surat Cinta Untuk Kartini pada 2016. Saat itu, Rania terpilih melalui audisi.
Berbeda dari film Kartini lainnya, film ini mengeksplorasi kisah fiksi antara Sarwadi (Chicco Jerikho), tukang pos yang jatuh cinta dengan sosok Kartini. Bukan hanya paras Kartini, Sarwadi juga terkesima dengan pandangan Kartini.
5. Tika Bravani
Terakhir, ada Tika Bravani yang memerankan tokoh Fatmawati, istri ketiga Soekarno dan sang penjahit bendera merah putih yang berkibar saat ini. Tika berperan sebagai Fatmawati dalam film Soekarno (2013) garapan sutradara Hanung Bramantyo.
Demi memerankan sosok Fatmawati, aktris keturunan Banten dan Minangkabau ini melakukan banyak riset. “Saya belajarnya bagaimana logat ibu Fatma, terus bahasa apa bicaranya. Saya ambil dari buku otobiografinya, dan keluarganya. Kalau untuk fase remaja, saya terjemahkan sendiri dari apa yang pernah saya baca. Saya juga dibantu oleh psikolog,” ujarnya kepada wartawan pada 2013 silam.