Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. Bambang Widyantoro mengatakan, survei menunjukkan bahwa hipertensi dapat meningkatkan risiko stroke dan risiko serangan jantung. Hal ini diketahui dari survei May Measurement Month tahun 2017 dan 2018, yang mengukur tekanan darah lebih dari 70.000 orang di 34 provinsi Indonesia pada 2017 dan 120.000 orang di 27 provinsi di 2018.
"Data pengukuran tekanan darah lebih dari 70.000 masyarakat Indonesia selama Mei 2017 menunjukkan, satu dari tiga orang dewasa dengan usia sekitar 41 tahun mengalami peningkatan tekanan darah, dan satu dari enam orang sudah mengonsumsi obat penurun tekanan darah," kata Dr. Bambang ditemui iNews.id Fairmont Hotel Jakarta, Senayan, Jakarta di suatu kesempatan.
Dari sinilah kemudian diketahui jika 7,7 persen dari penderita hipertensi sudah pernah mengalami stroke, sebanyak 15,7 persen menderita penyakit jantung koroner, dengan lebih dari 19 persen masih merokok aktif dan 16,2 persen dari penderita hipertensi, juga menderita diabetes.
"Survei ini juga menunjukkan, hipertensi terbukti meningkatkan risiko stroke 11 kali lebih tinggi dan risiko serangan jantung koroner delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tekanan darahnya normal," kata dr. Bambang Widyantoro.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Tunggul D Situmorang mengatakan, hal ini karena hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang memiliki pembuluh darah.
"Di antaranya jantung, ginjal dan otak, ini karena hipertensi adalah silent killer. Hipertensi menjadi masalah yang paling besar andilnya untuk menyebabkan kematian," ucapnya.