Memang dalam kehidupan penyair muda tersebut, banyak perempuan yang datang dan singgah. Namun, keempat itulah dikatakan spesial karena nama-nama itu kerap diselipkan dalam sajak-sajak masyhur Chairil Anwar.
Seperti sosok Ida Nasution, seorang intelektual yang berstatus sebagai mahasiswa, penulis, pemikir, dan mampu mengimbangi intelektualisme seorang Chairil Anwar. Sedangkan sosok Sri Ajati yang juga seorang mahasiswa, bergerak di kancah teater, gadis ningrat, dan memiliki pesona kecantikan yang dapat membuatnya menjadi seorang model lukisan Basuki Abdullah.
Sementara perempuan ketiga ada Sumirat atau Mirat yang dalam pentas ini selalu membawa kontak fisik ke babak dramanya. Seperti sentuhan, pelukan, berdansa, berpegangan, dan kecupan. Inilah yang disebut cinta membara Chairil. "Mirat adalah salah satu perempuan yang membuat Chairil sangat produktif menulis puisi," ungkap Agus Noor lagi.
Terakhir, ada sosok Hapsah yang sangat berbeda dengan tiga perempuan sebelumnya. Chairil yang di mata banyak perempuan adalah penyair dan pemikir, disadarkan oleh istrinya kalau ia hanya lelaki biasa. "Hapsah, itulah cinta realistisnya Chairil. Tempat Chairil pulang seperti sebuah rumah."
Pementasan dibuka oleh solilokui Reza Rahadian sebagai Chairil Anwar tentang Perempuan. Kemudian perdebatan Reza dan Marsha Timothy terkait dunia kesusastraan dan negara. Selanjutnya, bujuk rayu dan percakapan soal teater dengan Chelsea Islan. Kemudian, adegan drama percintaan yang sangat intens dengan Tara Basro. Lantas, dilanjut dengan adegan suami-istri bersama Sita Nursanti.