GAZA, iNews.id - Rencana pengiriman pasukan perdamaian internasional ke Gaza memunculkan tanda tanya besar setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pemerintahannya hanya akan menerima pasukan dari negara-negara yang dianggap “aman bagi Israel”.
Pernyataan Netanyahu itu menimbulkan spekulasi bahwa Israel kemungkinan akan menolak kehadiran pasukan dari Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling vokal dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Langkah ini muncul setelah Amerika Serikat dilaporkan menghubungi lima negara untuk membahas pembentukan pasukan penjaga perdamaian di Gaza, yakni Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, dan Azerbaijan. Rencana tersebut digagas di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang sudah berlaku sejak 10 Oktober namun masih diwarnai pelanggaran oleh militer Israel.
Meski fase pertama gencatan senjata mencakup penarikan pasukan, pertukaran tahanan, dan masuknya bantuan kemanusiaan, pasukan Zionis masih melancarkan serangan udara dan artileri yang menewaskan sekitar 100 warga Gaza sejak kesepakatan diumumkan.
Di sisi lain, mantan Presiden AS Donald Trump mendorong pengerahan pasukan internasional untuk menstabilkan wilayah tersebut. Setelah bertemu Emir Qatar Syekh Tamim, Trump menegaskan bahwa perdamaian abadi di Gaza harus segera diwujudkan, dan Qatar telah menyatakan kesediaannya untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian jika dibutuhkan.