WASHINGTON, iNews.id - Data 87 juta dari 2 miliar pengguna Facebook di seluruh dunia dibocorkan ke lembaga penelitian Inggris, Cambridge Analytica. Dari jumlah fantastis tersebut, skandal besar penyalahgunaan data ini menyeret beberapa negara di dunia yang 'aktif' mengudara di Facebook.
Chief Technology Officer Facebook, Mike Schroepfer, mengungkap, dari 87 juta data pengguna yang disalahgunakan, sebagian besar berada di Amerika Serikat (AS). AS menjadi negara pertama yang paling dirugikan dengan sebanyak 70.632.350 juta atau sekitar 81,6 persen pengguna yang datanya disalahgunakan.
Filipina berada di urutan kedua dengan 1,4 persen atau 1.176.870 pengguna yang datanya dibocorkan. Menyusul berikutnya Indonesia di posisi ketiga yang terdampak skandal kegagalan proteksi privasi ini.
Dengan presentase sebesar 1,3 persen, data sebanyak 1.096.666 pengguna Facebook di Indonesia diberikan ke Cambridge Analytica.
Setelah Indonesia, Inggris berada di urutan keempat dengan 1.079.031 data pengguna yang bocor. Meksiko, Kanada, dan India berada di urutan selanjutnya dengan lebih dari 500 ribu data pengguna yang terdampak.
Urutan ke-8 dan ke-9 diduduki oleh Brasil dan Vietnam dengan jumlah yang hampir sama, yakni sekitar 0,5 persen atau sekitar 400 data ribu pengguna Facebook yang dibocorkan. Di posisi terakhir, sebanyak 311.127 atau sekitar 0,4 persen adalah data pengguna di Australia.
Sementara, angka 87 juta ini telah dikonfirmasi oleh bos Facebook Mark Zuckerberg. Angka ini jauh melampaui kabar sebelumnya yang menyebut sekitar 50 juta data yang bocor.
"Saya cukup yakin itu tidak akan lebih dari 87 juta, itu bisa jadi kurang," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, Zuckerberg akan memperhatikan hubungannya dengan mitra kerja. Dia juga yakin permasalahan ini akan berdampak panjang sehingga Facebook kembali mendapatkan kepercayaan dari pengguna.