Juru bicara departemen kehakiman Pemerintah Kota New York Nicholas Paolucci menyambut baik kompensasi dengan mengatakan gugatan tersebut memberikan efek positif bagi NYPD untuk mereformasi diri.
Jamilla ditangkap atas tuduhan melanggar Perintah Perlindungan di Manhattan pada 2017. Saat itu dia menangis dan memohon agar boleh difoto sambil mengenakan jilbab saat menjalani mushot di Markas Besar Kepolisian Kota New York.
Dalam dokumen pengaduan Jamilla mengatakan, dia juga mengalami pengalaman serupa 8 bulan setelah itu saat ditangkap di Brooklyn dengan tuduhan yang sama. Dia dipaksa melepas jilbab sambil difoto berdiri membelakangi dinding di hadapan belasan polisi NYPD serta lebih dari 30 napi pria.
Albert Fox Cahn, pengacara Jamilla dan Arwa, menyebut kompensasi tersebut sebagai tonggak bersejarah dalam memperuangkan privasi dan hak beragama warga New York.
“NYPD seharusnya tidak melucuti penutup kepala dan martabat warga New York yang religius ini,” katanya.
Dia memperkirakan setidaknya 3.600 orang bisa memenuhi syarat untuk mendapat kompensasi yang besarannya masing-masing 7.000 hingga 13.000 dolar AS atas perlakuan yang sama. Orang-orang yang dipaksa melepas jilbab saat menjalani foto penangkapan antara 16 Maret 2014 hingga 23 Agustus 2021 memenuhi syarat untuk mendapat kompensasi dari Pemerintah Kota New York.