"Seiring waktu, mereka mengembangkan jaringan kontak online asing pro-militan, termasuk 'pacar online' yang berbagi ideologi pro-ISIS," bunyi pernyataan MHA.
AA dan RH juga berniat berangkat ke Suriah dan bergabung dengan kelompok ISIS serta siap untuk mengangkat senjata dan menjadi pelaku bom bunuh diri. Sementara Tu ingin tinggal di Suriah bersama para pejuang ISIS.
Namun karena kelompok ISIS di Suriah dikalahkan, AA dan RH didorong oleh kontak online mereka untuk pindah ke Filipina selatan, Afghanistan, atau negara Afrika, untuk bergabung dengan sisa-sisa kelompok ISIS.
Mereka juga menyumbang dana untuk kelompok di luar negeri untuk tujuan terorisme, seperti mendukung kegiatan ISIS dan kelompok teroris yang berbasis di Indonesia yakni Jamaah Anshorud Daulah (JAD).
Ketiga perempuan diradikalisasi pada tahun lalu setelah menemukan materi online terkait dengan ISIS.
Sejak 2015, ada 19 pekerja rumah tangga asing, termasuk tiga dari Indonesia, yang teradikalisasi di Singapura. Namun tidak satu pun dari mereka punya rencana melakukan tindakan kekerasan di negara itu. Meski demikian MHA menganggap pemikiran radikal dan hubungan mereka dengan kelompok teroris di luar negeri bisa menjadi ancaman keamanan bagi negara.