JAKARTA, iNews.id- Negara yang dulunya kaya raya, sekarang jatuh miskin. Cukup miris mendengarnya, bukan? Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor atau kondisi yang terjadi di negara tersebut hingga membuat mereka bangkrut.
Misalnya adalah terjadinya perang, konflik internal, hingga kebijakan yang salah.
Lantas, negara mana sajakah itu?
Dilansir oleh Love Money, inilah 7 negara yang dulunya kaya raya, sekarang jatuh miskin
Mali termasuk salah satu negara termiskin di dunia dengan PDB per kapita hanya 837 dolar dan masuk dalam daftar 47 negara kurang berkembang.
Keadaan ini berbeda dengan yang terjadi pada ratusan tahun yang lalu. Negara ini berada di jantung Kekaisaran Mali, salah satu kerajaan terbesar dan terkaya di Afrika dengan luas 439.400 mil persegi. Mansa Musa I adalah salah satu orang terkaya yang pernah hidup dan diperkirakan telah mengumpulkan harta setara dengan 415 miliar dolar selama 25 tahun memerintah kerajaan tersebut.
Kekaisaran Mali bertahan hingga abad ke-16 tetapi pada saat itu kekayaan dan kekuasaannya sebagian besar telah berkurang.
India merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia. Meski begitu, pendapatan perkapita negara ini masih sangat rendah yakni sekitar 7.000 dolar dan ratusan juta masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan.
India tidak selalu dilanda kemiskinan. Pada masa Kekaisaran Mughal, India pernah menjadi kekuatan ekonomi terkemuka di dunia.
India juga merupakan negara manufaktur terkemuka, menghasilkan seperempat dari output industri dunia hingga awal abad ke-18. Upah riil dan standar hidup di Mughal India bahkan lebih tinggi daripada di Inggris, yang memiliki standar hidup terbaik di Eropa pada saat itu.
Konflik internal menyebabkan pecahnya kekaisaran selama akhir abad ke-18, hingga akhirnya diambil alih oleh Inggris pada tahun 1858.
Kuba sempat menjadi negara dengan PDB per kapita tertinggi di Amerika. Negara ini juga sempat mencatat angka kepemilikan mobil dan telepon tertinggi, serta menjadi lokasi favorit bermain judi bagi orang kaya Amerika.
Sayangnya, ketimpangan ekonomi yang sangat ekstrem terjadi pada 1950-an. Kondisi semakin parah akibat adanya kekuasaan militer yang represif, kejahatan yang terorganisir, perdagangan narkoba, serta prostitusi.
Setelah revolusi, Kuba mengalami penurunan jangka panjang dalam PDB per kapita. bahkan saat ini, PDB per kapitanya relatif lebih rendah daripada yang terjadi selama 1950-an.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, Irak dengan cepat menjadi negara yang sangat maju. Diberkati dengan cadangan minyak dan gas yang melimpah, negara Timur Tengah ini mendapat untung besar dari lonjakan harga minyak yang mengikuti embargo OPEC dan krisis minyak tahun 1973.
Prospek Irak menurun ketika Saddam Hussein secara resmi mengambil alih kekuasaan pada 1979. Pada 1980, negara itu masuk ke dalam perang delapan tahun yang menghancurkan dengan negara tetangganya, Iran.
Korupsi internal dan penurunan harga minyak memperburuk situasi keuangan Irak yang mengerikan.
Pada akhir dekade, PDB per kapita telah turun menjadi 938 dolar.
Invasi Saddam Hussein ke Kuwait pada tahun 1990 dan Perang Teluk berikutnya semakin memperburuk perekonomian negara tersebut.
Selama tahun 1980-an, ekonomi Zimbabwe berada dalam kondisi yang kuat berkat sumber daya alam yang melimpah dan sektor pertanian yang menguntungkan.
Sayangnya, keadaan mulai berubah pada tahun 1990-an ketika situasi keuangan negara memburuk.
Pada tahun 2000, pemerintah Presiden Mugabe mulai merebut pertanian milik orang kulit putih yang sangat produktif di negara itu. Sebuah kebijakan yang terbukti membawa bencana.
Pemilik baru pertanian tidak memiliki keterampilan dan pengalaman pertanian, dan produksi segera anjlok, merusak ekonomi tanpa akhir.
Hiperinflasi dimulai pada tahun 2003 dan tingkat pengangguran mencapai 95 persen di Zimbabwe.