Namun mereka membantah terlibat dalam insiden paling parah yakni eksekusi massal bulan ini. Sebanyak 35 tubuh warga sipil hangus ditemukan di wilayah Ségou, beberapa dengan lubang di belakang kepala mereka.
Kepada Human Rights Watch, saksi mata mengatakan, di antara yang tewas merupakan orang-orang yang baru-baru ini ditangkap oleh tentara. PBB sedang menyelidiki insiden tersebut.
Masalah Mali dimulai pada 2012 ketika para jihadis mengambil alih pemberontakan separatis utara. Mantan kekuatan kolonial Prancis mengirim pasukan yang mengalahkan pemberontak pada 2013.
Tetapi pada 2015 kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan al Qaeda bangkit kembali dan melepaskan gelombang kekerasan. Serangan terus berlanjut, meskipun kehadiran ribuan pasukan internasional dan penjaga perdamaian. Banyak daerah berada di bawah kendali militan.
Situasi ini telah menyebabkan rusaknya demokrasi. Sebuah junta militer merebut kekuasaan pada tahun 2020 sebagian karena frustrasi atas ketidakmampuan pemerintah untuk mengambil kendali.
Militer dalam beberapa kasus mengakui bahwa pasukannya terlibat dalam eksekusi dan pelanggaran lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi, hanya sedikit yang menghadapi tuntutan pidana.