YEREVAN, iNews.id - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menilai pembicaraan damai dengan Azerbaijan di bawah mediasi Rusia tidak pantas dilakukan saat ini.
Perang kedua negara bekas pecahan Uni Soviet demi memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh itu memasuki hari keempat.
Armenia dan Azerbaijan menentang seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata atas Karabakh, wilayah etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan pada 1990-an.
Masing-masing saling mengklaim telah melancarkan serangan yang menimbulkan kerugian besar di pihak lawan.
"Sangat tidak tepat berbicara tentang pertemuan puncak antara Armenia, Azerbaijan, dan Rusia pada saat permusuhan sedang intensif," kata Pashinyan, kepada kantor berita Rusia, Interfax, seperti dilaporkan kembali AFP, Rabu (30/9/2020).
Menurut dia, situasi dan kondisi belum tepat untuk bernegosiasi.
Dia mengatakan, saat ini Armenia tidak meminta pihak lain, termasuk aliansi militer yang dipimpin Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama, untuk ikut campur menyelesaikan konfliknya dengan Azerbaijan. Armenia juga menjadi anggota dalam aliansi tersebut.
Sejauh ini 98 orang tewas dalam pertempuran terbaru, yakni 81 dari separatis Armenia serta 17 warga sipil dari kedua pihak.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyatakan, pertempuran sengit terus berlanjut pada Rabu, seraya mengklaim pasukannya telah menewaskan 2.300 tentara separatis sejak pertempuran meletus pada Minggu.