Sementara itu, sampai saat ini korban tewas akibat jebolnya bendungan mencapai 27 orang dan 131 lainnya hilang. Dahsyatnya terjangan air menyapu permukiman dan menghanyutkan warga. Mereka hanya punya waktu sekitar tiga jam setelah pemerintah setempat meminta warga mengungsi terkait temuan dinding atas bendungan ambruk.
Perusahaan konstruksi Korea Selatan, SK Engineering and Construction (SK E &C) yang ikut membangun bendungan itu, sudah memperingatkan adanya potensi bendungan jebol sejak Minggu malam. Namun proses evakuasi baru dimulai Senin sore.
Laos berambisi menjadi 'baterainya Asia Tenggara' dengan membangun banyak PLTA. Listrik disalurkan ke negara-negara tetangga.
Kelompok aktivis lingkungan berkali-kali memperingatkan kerusakan alam di balik ambisi pemerintah negara komunis itu membangun PLTA, terutama di Sungai Mekong.
Bendungan yang jebol ditargetkan mulai beroperasi pada 2019, di mana 90 persen energi yang dihasilkan akan diekspor ke Thailand di bawah kesepakatan Perjanjian Pembelian Listrik antara PNPC dengan Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT). Sisanya, 10 persen, akan disalurkan untuk kebutuhan lokal di bawah kerja sama antara PNPC dengan Electricite du Laos.