Seorang anggota parlemen setempat mengatakan, pertempuran meletus setelah militer menolak membebaskan tujuh pemuda setempat yang ditahan oleh pihak berwenang. Jumlah korban belum diketahui jelas dalam insiden tersebut.
Sebuah kelompok advokasi mengatakan, setidaknya 788 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan junta dalam tindakan keras terhadap protes terhadap pemerintahannya.
Pihak militer membantah angka itu. Mereka lantas memberlakukan pembatasan ketat terhadap media, informasi, dan internet.