Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak, Ahmad al-Sahaf mengutuk serangan itu. Dia mengatakan Irak berkomitmen untuk melindungi semua misi diplomatik di negara itu.
Sementara Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi tidak berhasil dalam membawa kelompok-kelompok yang berselisih ke sebuah penyelesaian. Pihak Al-Sadr menolak menghadiri pertemuan Al-Kadhimi yang diadakan pekan lalu.
Para pengikut al-Sadr dan saingan politiknya, sebuah koalisi kelompok Syiah yang didukung Iran yang disebut Kerangka Koordinasi, telah berselisih setelah pemilihan parlemen tahun lalu.
Al-Sadr memenangkan bagian terbesar kursi dalam pemungutan suara Oktober tetapi gagal membentuk pemerintahan mayoritas. Hal itu menyebabkan terjadinya salah satu krisis politik terburuk di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Pendukungnya pada akhir Juli menyerbu parlemen dan sering mengadakan protes di sana.