LONDON, iNews.id - Boris Johnson tampaknya sangat berminat untuk maju kembali dalam bursa pemilihan perdana menteri (PM) Inggris setelah mundurnya Liz Truss pada Kamis lalu. Keputusannya itu dianggap berani karena beberapa bulan lalu dia mundur terkait skandal pesta.
Johnson tiba di Inggris dari liburan di Karibia, Sabtu (22/10/2022) pagi, 2 hari menjelang pemilihan tiga kandidat pemimpin Partai Konservatif yang berlangsung pada Senin mendatang. Ketiga kandidat harus mengumpulkan restu dari setidaknya 100 anggota parlemen Konservatif sebelum Senin untuk bisa masuk bursa.
Sepanjang akhir pekan ini Johnson diperkirakan akan melobi anggota Konservatif untuk mengamankan kursi kandidat.
Menteri Perdagangan Inggris James Duddridge pada Jumat lalu mengatakan, Johnson siap untuk mengikuti pemilihan kembali. Johnson menghadapi tentangan dari banyak pihak, termasuk dari internal Konservatif. Para koleganya memperingatkan keputusan itu bisa menciptakan kekacauan politik di Inggris.
Bahkan, Sky News melaporkan, dia dicemooh oleh beberapa penumpang pesawat dalam penerbangan pulang ke Inggris.
Meski demikian, bagi mantan jurnalis itu, tampaknya ini merupakan momentum kebangkitan politik.
Penny Mordaunt, mantan menteri pertahanan Inggris, menjadi kandidat pertama yang mencalonkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif. Peluang besar untuk menang sebenarnya berada di Rishi Sunak, mantan menteri keuangan saat Johnson memimpin. Sunak dikalahkan Truss dalam pemilihan bulan lalu untuk menggantikan Johnson yang mundur.
Di samping itu, Johnson bisa menjadi kuda hitam. Dia diunggulkan dalam polling baru-baru ini untuk memenangkan posisi pemimpin Konservatif. Meski demikian yang memilih langsung bukan rakyat, tapi anggota parlemen.
Bagi beberapa anggota parlemen Konservatif, Johnson layak diperhitungkan karena mampu menarik perhatian, tidak hanya lantaran penampilan selebritas tapi juga optimismenya
Tantangan bagi Johnson adalah apakah dia bisa meyakinkan puluhan anggota parlemen penentangnya bahwa sekarang dia bisa menyatukan partai serta mengatasi krisis. Dukungan bagi Johnson datang dari mantan menteri dalam negeri Priti Patel. Dia menilai Johnson memiliki rekam jejak yang terbukti mampu membuat keputusan besar dengan benar.