JENEWA, iNews.id - Badan PBB untuk urusan perdagangan dan pembangunan UNCTAD menyebut butuh dana 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp312 triliun untuk membangun Jalur Gaza, Palestina, pasca-perang. Angka tersebut didapat berdasarkan penghitungan kerugian hingga saat ini.
Artinya, jumlah dana itu dibutuhkan jika perang Israel-Hamas berakhir saat ini. Kerugian akan terus bertambah jika serangan Israel berlanjut.
Direktur UNCTAD Richard Kozul-Wright mengatakan, Gaza membutuhkan Marshall Plan versi baru untuk pulih dari konflik. Marshall Plan merupakan rencana Amerika Serikat (AS) untuk memulihkan perekonomian Eropa pasca-Perang Dunia II.
"Kita berbicara tentang sekitar 20 miliar dolar AS jika hal ini (perang) dihentikan sekarang,” kata Kozul-Wright, di sela-sela pertemuan PBB di Jenewa, Swiss, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (15/2/2024).
Dia menyebut kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan Israel ke Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 sudah mencapai empat kali lipat dibandingkan dengam konflik Israel-Hamas pada 2014. Perang saat itu berlangsung 7 pekan, sementara konflik terbaru ini sudah berlangsung 4 bulan lebih 8 hari.
UNCTAD menilai besaran kerusakan dan kerugian berdasarkan citra satelit yang dikombinasikan dengan informasi lain. Oleh karena itu Kozul-Wright mengakui penilaian itu masih sangat kasar. Penghitungan yang lebih rinci memerlukan survei lapangan yakni masuk Gaza.
UNCTAD bulan lalu juga merilis laporan, diperlukan waktu hingga 68 tahun untuk memulihkan perekonomian Gaza seperti sebelum konflik. Itu pun dengan asumsi jika perang di kantong Palestina berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa tersebut segera dihentikan.