JAKARTA, iNews.id - Cara beberapa negara dalam mengantisipasi dan menangani banjir menarik untuk diketahui. Banjir melanda banyak negara sejak beberapa tahun terakhir. Negara paling parah yang diterjang banjir tahun ini adalah Pakistan, sekitar sepertiga dari luas negara itu terendam air.
Perubahan iklim disebut menjadi penyebab tingginya curah hujan, di samping badai yang menerjang negara-negara di tepi Pasifik.
Pemerintah beberapa negara melakukan beragam cara untuk menangani banjir, dari mulai tradisional seperti menjaga kelestarian hutan, menanam pohon, hingga modern.
Berikut cara yang dilakukan berbagai negara dalam menangkal banjir:
1. Indonesia
Salah satu wilayah Indonesia yang paling sering dilanda banjir adalah DKI Jakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), DKI Jakarta sudah tujuh kali mengalami banjir sepanjang 2021. Demi menangkal banjir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyiapkan sumur resapan atau drainase vertikal.
Melansir laman Smart City Jakarta, ini merupakan sistem resapan buatan yang mampu menampung dan meresapkan air ke dalam tanah. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga membangun dan melakukan rehabilitasi pompa polder.
Pompa ini berperan mengoptimalkan pengendalian banjir. Sampai 2020, Pemprov DKI memiliki pompa di 178 lokasi ditambah 48 unit pompa stasioner. Pompa tersebut mampu menyedot setidaknya 4.000 sampai 5.000 liter air per detik.
Di Bandung, Jawa Barat, pemkot mengaktifkan Sungai Cisantren Lama. Hal ini dilakukan guna meminimalisasi banjir di Gedebage. Tak lupa, pemkot juga memperbaiki draniase jalan besar seperti Soekarno-Hatta dan menyediakan beberapa rumah pompa.
2. Malaysia
Malaysia merupakan negara yang memiliki sejarah panjang bencana banjir. Banjir di Kelantan, misalnya sudah terjadi sejak 1886. Selanjutnya, banjir besar kembali terjadi pada 1926, menjadi bencana terkelam dalam sejarah Malaysia. Setelah itu, banjir kerap terjadi seperti pada 1967, 1971, bahkan 2022.
Dalam laman Departemen Irigasi dan Drainase, Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia disebutkan ada beberapa faktor penyebab banjir seperti curah hujan sangat tinggi, penyempitan pada jembatan, dan ukuran gorong-gorong yang terlalu kecil. Diindikasikan pula terjadi penumpukan sampah atau puing-puing yang menghambat laju air. Selain itu, sistem drainase di Malaysia juga dinilai kurang memadai.
Untuk mengatasi banjir, Pemerintah Kuala Lumpur menciptakan smart tunnel. Proyek yang dijalankan Departemen Irigasi dan Drainase serta beberapa pihak lainnya ini mampu mengalihkan volume banjir besar agar tidak membahayakan dan mengurangi ketinggian di permukiman.
Terowongan tersebut memiliki panjang 9,7 km dan menjadi jaringan drainase banjir terpanjang di Asia Tenggara. Smart tunnel mempunyai dua fungsi, yakni sebagai terowongan kendaraan dan air hujan sehingga disebut sebagai multiguna.