JAKARTA, iNews.id - Daftar negara yang blokir game Roblox menjadi topik yang sering dicari, terutama oleh para penggemar gim online. Roblox, sebagai salah satu platform permainan daring terpopuler di dunia, menawarkan ribuan gim buatan pengguna. Namun, di beberapa negara, Roblox justru tidak dapat diakses karena alasan tertentu. Pemblokiran ini sering memicu perdebatan antara kebebasan bermain, regulasi pemerintah, dan keamanan pengguna terutama anak-anak.
Di Indonesia, wacana pemblokiran sempat mencuat. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan larangan bermain Roblox untuk anak-anak karena dianggap memuat adegan kekerasan dan bahasa yang tidak pantas. “Kalau main HP tidak boleh menonton kekerasan… yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main yang itu ya, karena itu tidak baik,” ujarnya saat meninjau program kesehatan di SDN Cideng 02, Jakarta, 4 Agustus 2025. Pernyataan ini memicu respons bahwa lembaga yang berwenang untuk mengevaluasi kemungkinan pemblokiran adalah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Roblox adalah platform game daring yang dirilis pada tahun 2006 oleh Roblox Corporation. Tidak seperti game biasa, Roblox memberi kebebasan kepada pengguna untuk membuat, berbagi, dan memainkan gim buatan komunitas. Inovasi ini membuat Roblox sangat populer di kalangan anak-anak hingga remaja.
Namun, kebebasan yang terlalu luas juga menimbulkan risiko, seperti konten tidak pantas, interaksi dengan orang asing, atau aktivitas penipuan. Inilah yang menjadi alasan utama beberapa pemerintah mengambil langkah tegas.
Uni Emirat Arab dikenal memiliki regulasi ketat terkait konten internet. Pada 2018, Otoritas Telekomunikasi UEA (TRA) memblokir Roblox karena dianggap mengandung konten yang tidak aman bagi anak-anak. Pemerintah menilai interaksi bebas antara pemain berpotensi memunculkan pelecehan atau paparan konten dewasa.
Meskipun ada protes dari orang tua yang menganggap larangan tersebut berlebihan, Roblox tetap tidak dapat diakses secara resmi di negara ini, kecuali melalui VPN.
Arab Saudi sempat memblokir Roblox sekitar tahun 2018–2019 dengan alasan perlindungan anak. Pemerintah menerima laporan adanya kasus anak-anak yang terpapar ujaran kebencian, pelecehan verbal, dan ajakan dari orang asing di dalam game. Setelah adanya pembaruan fitur keamanan dari Roblox Corporation, beberapa laporan menyebutkan bahwa akses mulai dilonggarkan, namun sebagian wilayah dan ISP masih memblokirnya.
Pada 2018, Yordania bergabung dengan daftar negara yang memblokir Roblox. Alasannya mirip dengan negara-negara lain di Timur Tengah: keamanan anak di dunia maya. Pemerintah Yordania mendapat masukan dari pakar keamanan digital bahwa Roblox tidak memiliki filter konten yang cukup kuat saat itu.
Meski begitu, komunitas gamer di Yordania banyak yang tetap bermain dengan memanfaatkan VPN.
Pemblokiran di Korea Utara tidak spesifik untuk Roblox, melainkan berlaku pada hampir semua bentuk internet global. Negara ini memiliki intranet internal bernama "Kwangmyong", sehingga Roblox sama sekali tidak tersedia. Meski tidak ada keterangan resmi terkait Roblox, alasan utamanya jelas: kontrol penuh terhadap akses informasi dan hiburan dari luar negeri.
Kasus di Tiongkok berbeda. Roblox secara resmi meluncurkan versi lokal bernama Luobulesi pada 2021 bekerja sama dengan Tencent. Namun, pada awal 2022, versi ini tiba-tiba ditarik dari pasar Tiongkok tanpa penjelasan rinci.
Banyak analis menduga bahwa alasan utamanya adalah regulasi ketat game online di Tiongkok, termasuk pembatasan waktu bermain bagi anak-anak dan kewajiban moderasi konten yang sangat tinggi.
Hingga kini, versi global Roblox tidak tersedia di Tiongkok, sehingga pemain lokal tidak bisa mengaksesnya tanpa metode khusus.
Alasan Umum Pemblokiran Roblox
Jika kita perhatikan, sebagian besar negara yang memblokir Roblox melakukannya dengan motif serupa. Berikut beberapa alasan umum:
Pemblokiran Roblox tentu membawa dampak beragam. Di satu sisi, pemerintah mengklaim langkah ini melindungi anak-anak dari risiko dunia maya. Di sisi lain, banyak pemain merasa hak mereka untuk menikmati hiburan digital dibatasi.
Banyak gamer yang akhirnya mencari cara untuk tetap bermain, termasuk menggunakan VPN. Namun, hal ini juga menimbulkan risiko keamanan baru, seperti paparan malware atau kebocoran data.