Ilmuwan Eugenio Mojena mengatakan, fenomena debu Sahara menyebabkan penurunan kualitas udara signifikan.
Menurut dia, debu mengandung material sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, yakni mineral seperti besi, kalsium, fosfor, silikon, dan merkuri.
“Debu juga bisa membawa virus, bakteri, jamur, patogen, stafilokokus, dan polutan organik,” ujarnya, dikutip dari AFP.
Kepala epidemiologi Kementerian Kesehatan Kuba Francisco Duran mengatakan, debu Sahara berpotensi meningkatkan potensi penyakit pernapasan dan alergi. Namun dia mengesampingkan fenomena ini dengan potensi penyebaran virus corona.
Sementara itu dinas kesehatan Miami, Florida, mengatakan kualitas udara berada di level moderat seraya meminta warga yang memiliki masalah pernapasan untuk tinggal di rumah.